Marinus Waruwu
Tak disangkal lagi bahwa tema perubahan (change) di abad-21 ini telah menjadi tema yang sangat laku, magis, dan mampu menyihir publik agar beralih ke tokoh-tokoh muda, progresif, terbuka, berpandangan visioner akan kesejahateraan rakyat. Tak heran dengan label perubahan ini juga, beberapa tokoh muda dunia berhasil menjadi orang no.1 di negerinya masing-masing, misalnya di Amerika Serikat, Barack Obama dengan slogan: Yes, We Can Change, hanya dalam sekejab saja karier politiknya menanjak drastis. Ia pun berhasil menjadi orang no.1 di negeri adi daya itu. Selain di Amerika, tema-tema perubahan juga diusung oleh tokoh-tokoh muda seperti PM Abishit di Thailand, Presiden Ahmadinejad di Iran, dan terakhir di Madagaskar oleh pemimpin oposisi, yang kemudian menjadi Perdana Menteri Yaitu Andry Rajoelina dan lain-lain. Tentu sikap rakyat yang cenderung lebih memilih tokoh-tokoh muda bukan tanpa alasan. Krisis ekonomi, ketidakstabilan politik dalam negeri akibat tekanan internasional maupun tekanan dari dalam negeri sendiri, kemiskinan yang semakin bertambah, perilaku para elite politik yang cenderung pragmatis-hedonis ketimbang menjadi tulang punggung masyarakat dalam mewujudkan negara sejahtera (welfare state) semakin menyadarkan publik pada umumnya untuk lebih memilih tokoh-tokoh yang baru muncul kemarin sore, namun menjanjikan untuk membawa sebuah perubahan (change) di masa depan. Maka muncullah istilah utopia masyarakat akan perubahan itu.
Utopia perubahan seringkali diartikan dengan impian akan terjadinya perubahan di masa depan. Ia menunjuk ke masa yang akan datang dimana hidup yang kita alami kini, yang penuh dengan penderitaan (suffering), penolakan (refusal), dosa (sin) suatu ketika akan berakhir dan digantikan oleh situasi di mana tema-tema perubahan terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka tidak heran bila tema perubahan itu selalu menjadi harapan (expectation), tumpuan masyarakat untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Namun, slogan tokoh-tokoh muda akan perubahan itu seringkali menjadi bahan tertawaan kaum elit politik, kaum mapan, kaum tua. Akan tetapi slogan perubahan itu sendiri justru mendapat tempat di hati masyarakat bawah. Tokoh-tokoh muda seperti di Amerika, Thailand, dan Madagaskar, dll telah membuktikannya. Read the rest of this entry »