Marinus Waruwu
Hubungan persaudaraan yang retak, bermasalah selalu layak untuk dipulihkan. Sebab hidup manusia adalah tentang belajar bagaimana mengasihi, menghargai suatu hubungan yang telah dibangun. Berusaha memelihara hubungan tersebut, dan bukan merusaknya karena ada perselisihan, pertentangan karena luka hati atau konflik yang tidak terselesaikan.
Persaudaran, perdamaian yang menuju kepada persekutuan sejati adalah harga mati di jaman ini. Sebab dimana ada persaudaran, perdamaian, disitulahlah tercipta kemanusiaan yang sejati. Kemanusiaan sejati tercipta bilamana setiap manusia menghargai martabat, derajat sesamanya sebagaimana layaknya manusia. Dan hal tersebut hanya tercipta apabila di sana persaudaran, perdamaian selalu dijaga dan dipelihara. Muncul pertanyaan: Bagaimana manusia menyikapi hubungan yang retak dengan manusia lain akibat perselisihan, pertentangan? Manusia lemah, tapi manusia selalu dituntut untuk tidak menghindari konflik yang terjadi. Manusia harus mengalami konflik yang muncul dan menjadikannya sebagai pengalaman hidup yang berharga. Konflik mendewasakan manusia dalam membangun relasi yang bertanggung jawa. Selain itu, konflik juga membantu pribadi manusia untuk memahami secara lebih mendalam karakter, kepribadian sesamanya. Sebab hubungan yang retak, hancur selalu layak untuk dibangun, dan dipulihkan kembali. Ada tujuh langkah untuk membangun kembali persaudaraan yang retak.
The first, Talk to God before you talk to the problem people. Bawalah masalah-mu kepada Tuhan. Anda diskusikan kepada-Nya segala permasalahan yang sedang anda alami. Sebab tak seorang pun yang dapat menyelesaikan persoalan anda selain Tuhan. Sebab perdamaian tak akan tercapai tanpa kekuatan Tuhan.
The second, Take an initiative action always. Anda dituntut mengambil langkah pertama. Jangan menunggu pihak lain untuk berdamai dengan anda. Ketika persaudaran tegang, rusak, rencanakanlah sebuah pertemuan perdamaian. Jangan pernah menunda-nunda dengan berbagai dalih. Masalah yang tidak cepat diselesaikan akan menjadi duri dalam daging, dan membesar.
The third, Be a simpatic man to the other people especially the problem people. Mulailah dengan simpati, dan jangan solusi. Jangan mencoba membuat orang lain melupakan perasaan mereka. Tapi dengarkanlah dan biarkanlah emosi orang tersebut tanpa bersikap defensif. Adalah kesabaran andalah yang paling dituntut disini.
The fourth, Admit your part in the conflict. Akuilah kesalahan, kesilafan yang anda buat. Jangan mengelak, mengindar. Kita semua manusia pasti punya kekurangan dan kelemahan, karena itu bila perlu ajaklah pihak ketiga untuk mengevaluasi tindakan-tindakan anda.
The fifth, Attack the problem, but not the man. Sebuah masalah yang lemah lembut akan lebih baik dari sebuah jawaban yang kasar. Dalam memecahkan sebuah konflik, bagaimana anda mengatakannya sama pentingnya dengan apa yang anda katakan. Jika anda mengatakannya secara menyinggung, maka orang yang bermasalah dengan anda akan menerimannya secara defensif.
The sixth, Work together as possible. Perdamaian selalu ada harganya demi persaudaraan sejati, lakukan yang terbaik untuk kompromi, menyesuaikan diri dengan orang lain, dan mementingkan apa yang mereka butuhkan.
The seventh, Give priority to reconciliation, but not resolution. Rekonsiliasi berfokus pada hubungan, sedangkan resolusi berfokus pada masalahnya. Ketika anda berfokus pada rekonsiliasi, masalahnya kehilangan maknanya dan sering menjadi tidak relevan. Anda dapat membangun kembali sebuah hubungan bahkan ketika anda tidak bisa menyelesaikan perbedaan-perbedaan anda.
Mempraktekkan ketujuh langkah di atas bukanlah hal mudah. Ketika seseorang berada dalam pesakitan biasannya yang terjadi bukan mencari solusi agar masalah terselesaikan secepat mungkin, tetapi sebaliknya mencari berbagai cara untuk balas dendam. Jika ini yang terjadi, maka masalah akan semakin besar. Bahkan bukan hanya menyangkut masalah pribadi tetapi akan membawa orang-orang sekitar masuk dalam masalah tersebut sehingga hubungan persaudaraan yang pernah ada, terjalin berlalu begitu saja, dan rusak.
Menerapkan, mempraktekkan ketujuh langkah di atas kendati sulit. Tetapi kita diajak untuk selalu mencoba, mencoba, dan mencoba…bagi kita manusia tak mungkin, tetapi bagi Allah tak ada yang tak mungkin. Karena itu, untuk membantu menerapkannya, jangan pernah lupa untuk berdoa. Hadaplah Tuhan, dan curahkanlah keluh kesahmu kepada-Nya. Tuhan tidak tuli dan buta. Tuhan akan membimbing, mencurahkan Roh-nya kepada anda sehingga segala permasalahan teratasi dengan baik. Saya berani berkata demikian karena tulisan ini bukan hanya slogan. Tulisan ini berasal dari pengalaman konkret yang telah dibahasakan sesuai dengan karya Roh kudus. Percayalah jika anda membiarkan diri anda dimbimbing Roh Tuhan, Tuhan akan menuntun jalan agar hubungan persaudaraan yang telah rusak dapat dibangun dan dipulihkan kembali. Tuhan memberkati.
Penulis, Pengamat Politik, Student Representative Assembly of Parahyangan Catholic University, Philoshophy. Menulis di berbagai media cetak.