Marinus W.
“Kekonyolan, ketidakberesan, dan kebodohan sedang menimpa negeri ini. Ironisnya, kesontoloyo-an itu jutru terjadi di pihak elite politik dan pemerintahan kita yang seharusnya menjadi ujung tombak kemajuan bangsa” Begitulah opini Aloysius Budi Purnomo menanggapi pernyataan kepala badan intelijen negara yang menengarai bahwa sejumlah mentri Indonesia bersatu bermental sontoloyo karena berada di belakang aksi unjuk rasa yang menolak kenaikan harga BMM (Opini Kompas 7/7 2008).
Sebetulnya sebutan mental sontoloyo tidaklah tepat bahkan merendahkan, dan menyudutkan posisi seseorang baik itu sebagai pejabat publik, maupun sebagai rakyat biasa. Seolah-olah para elite negeri ini sungguh berada pada taraf yang sangat memprihatinkan sehingga pantas disebut bermental sontoloyo yang berarti konyol, tidak beres, dan bodoh. Tidak semua elite politik dapat digolongkan bermental sontoloyo, yang konyol, tidak beres, dan bodoh. Karena ada juga elite politik yang sungguh-sungguh mengabdikan dirinya hanya untuk membangun kesejahteraan, dan kedamaian rakyatnya. Biasanya mereka bukan hanya mengumbar wacana. Tapi juga tindakan (action) nyata untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, damai. Read the rest of this entry »